Topografi
Secara topografis hampir keseluruhan lanskap ini merupakan daratan yang datar. Kondisi daratan yang landai hingga curam hanya terdapat di bagian barat Kabupaten Musi Banyuasin.

Peta Kemiringan Lereng Lanskap Sembilang Dangku
Sebagian besar daratan di Lanskap Sembilang Dangku berada pada ketinggian 0-25 m di atas permukaan laut. Hal ini menyebabkan besarnya luas lahan yang terpengaruh pasang surut dan pembentukan rawa-rawa.

Peta Ketinggian Kawasan Lanskap Sembilang Dangku
Daerah Aliran Sungai
Lanskap Sembilang Dangku berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi. DAS Musi merupakan wilayah kerja BPDASHL Musi dan termasuk 15 DAS prioritas yang menjadi target RPJMN Tahun 2015 – 2019 berdasarkan Keputusan Presiden No. 2 tahun 2015. Sungai Musi merupakan salah satu sungai terbesar di Indonesia. Daerah aliran Sungai (DAS) Musi terletak diantara 1°40’-5° Lintang Selatan (LS) dan 102°7’-108° Bujur Timur (BT).
DAS Musi dapat dibagi menjadi 14 sub DAS yang membentang pada 4 (empat) provinsi yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, dan Lampung dengan total luas wilayahnya sebesar 5.348.641 ha. Cakupan wilayah dominan DAS Musi berada di Provinsi Sumatera Selatan (95%). Sedangkan Provinsi Bengkulu, Jambi, dan Lampung masing-masing adalah 4%; 0,6%; dan 0,4%.

Peta Kawasan Hutan DAS Musi
Sungai ini memiliki panjang sekitar 750 km dengan fluktuasi air mencapai 6-7 meter setiap tahunnya. Potensi sumber daya perikanan di Sungai Musi tergolong besar, terutama di daerah rawa banjirannya yang terletak di daerah tengah DAS Musi. Proses banjir di DAS Musi disebabkan oleh 2 variabel yaitu berupa daerah rawan kebanjiran dan daerah rawan pasokan air banjir maka penanganan bencana banjir dilakukan secara integratif hulu dan hilir. Di daerah hulu dilakukan dengan konservasi tanah dan air, penggunaan vegetasi permanen pada sistem lahan dengan kelerengan >25% (perbukitan dan pegunungan), melakukan rehabilitasi hutan dan lahan. Di daerah hilir dilakukan kegiatan mitigasi berupa peningkatan kapasitas saluran drainase, pembuatan tanggul-tanggul dan tidak melakukan pengurugan terhadap daerah alamiah tampungan air.
Lanskap Sembilang Dangku terletak pada 5 Sub DAS. Kelima Sub Das tersebut adalah: 1) Sub DAS Benawang; 2) Sub DAS Sembilang; 3) Sub DAS Lalan; 4) Sub DAS Calik.dan 5) Sub DAS Batanghari Leko.

Peta DAS pada lanskap Sembilang Dangku
Kawasan Hidrologis Gambut
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Keputusan Menteri LHK Nomor SK. 129/MenLHK/Setjen/PKL.0/2/2017, terdapat 32 Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) di Sumsel. Target restorasi gambut di Provinsi Sumsel dalam kurun waktu 2016-2020 diharapkan mencapai angka 848.325 Hektare yang tersebar di 5 Kabupaten, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, Sebagian besar target restorasi tersebut berada dalam kawasan budidaya berizin, selebihnya berada dikawasan hutan lindung dan kawasan budidaya tidak berizin.
Badan Restorasi Gambut (BRG) memperioritaskan kegiatan restorasi gambut di 8 KHG yang terletak di 3 Kabupaten yakni Ogan Komering Ilir, Kabupaten Banyuasin, dan Kabupaten Musi Banyuasin.

Peta Indikatif Prioritas Restorasi Provinsi Sumatera Selatan
Penetapan Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) prioritas di Sumatera Selatan (Sumsel) berdasarkan kriteria perlindungan gambut. Kriteria tersebut pertama berdasarkan ketebalan tiga meter atau lebih. Kedua, kawasan plasma nutfah spesifik atau endemik. Ketiga, adanya spesies yang dilindungi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Keempat, perlindungan cagar budaya. Kelima, ekosistem gambut yang berada di kawasan lindung sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah, kawasan hutan lindung, dan kawasan hutan konservasi.
Delapan KHG prioritas di Sumsel adalah: Pertama, KHG Sungai Air Hitam Laut-Sungai Buntu Kecil di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) dan Banyuasin. Tepatnya berada di Kecamatan Bayunglincir dan Banyuasin II. Kedua, KHG Sungai Sugihan-Sungai Saleh yang berada di Kabupaten Banyuasin. Tepatnya di Kecamatan Banyuasin I. Ketiga, KHG Sungai Cawang-Sungai Air Lanang di Muba. Tepatnya Kecamatan Bayunglincir. Keempat, KHG Sungai Medak-Sungai Cawang di Kecamatan Bayunglincir Kabupaten Muba.
Prioritas KHG berikutnya atau Kelima, adalah KHG Sungai Sembilang-Sungai Cawang di Kecamatan Bayunglincir dan Muaratelang di Kabupaten Muba dan Banyuasin. Keenam, KHG Sungai Sibumbung-Sungai Batok di Ogan Ilir (OI) dan Ogan Komering Ilir (OKI) OKI, yang meliputi Kecamatan Rantau Alai, Air Sugihan, Cengal, Kayuagung, Lempuing, Pampangan, Pedamaran, dan Tulungselapan. Ketujuh, KHG Sungai Lumpur-Sungai Jeruju di Kecamatan Cengal Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Sedangkan yang Kedelapan, KHG Sungai Sugihan-Sungai Lumpur di Kecamatan Pampangan di Kabupaten OKI.
Tutupan Lahan
Lanskap Sembilang Dangku mengalami perubahan tutupan lahan yang cukup signifikan. Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir luasan hutan alam mengalami penurunan yang sangat drastis. Di sisi lain, tutupan lahan berupa perkebunan dan hutan tanaman mengalami peningkatan. Tutupan lahan lainnya seperti ladang dan juga sawah mengalami peningkatan meskipun dalam laju yang lebih lambat. Secara umum perubahan tutupan lahan di Lanskap Sendang menggambarkan kebutuhan yang tinggi akan areal perkebunan/hutan tanaman dan juga kebutuhan lahan budidaya masyarakat.

Peta Tutupan Lahan Lanskap Sendang tahun 2000 – 2015
Ekosistem Alami
Berdasarkan tipe ekosostem alami di Sumatera Selatan yang terdapat dalam dokumen Dokumen Sehati Sumsel (2017-2021), Lanskap Sembilang Dangku memiliki berbagai tipe ekosistem alami. Tipe ekosistem alami tersebut terdiri dari ekosistem marin, ekosistem perairan tawar, ekosistem semi teresterial dan ekosistem terestrial. Ekosistem marin terdiri dari ekosistem laut dan terumbu karang. Sedangkan ekosistem perairan terdiri dari ekosistem sungai dan riparian. Ekosistem semi teresterial yang terdapat di lanskap Sembilang Dangku adalah ekosistem mangrove. Untuk ekosistem tersterial, terdapat ekosistem dataran rendah berupa hutan pantai, hutan dipterokarpa, rawa lebak, rawa padang surut dan rawa gambut.
Di kawasan Lanskap Sembilang Dangku terdapat beberapa spesies mamalia non primata yang diidentifikasi terdapat di beberapa lokasi. Diantaranya adalah di Hutan Harapan yang saat ini merupakan kawasan hutan produksi untuk tujuan restorasi ekosistem. Lokasi ini merupakan habitat bagi dua spesies prioritas konservasi Sumatera Selatan, yaitu Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) serta 58 spesies mamalia non-primata lainnya.
Harimau Sumatera dan Gajah Sumatera juga ditemukan di kawasan TN Sembilang, bersama dengan Beruang Madu (Helarctos malayanus), Tapir (Tapirus indicus), Rusa Sambar (Rusa unicolor), dan 16 spesies mamalia non-primata lainnya. Di SM Dangku, Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) menjadi prioritas utama konservasi (key species), karena termasuk satwa liar yang dilindungi undang-undang dan red list IUCN dengan status critically endangered. Selain itu terdapat beberapa satwa lainnya seperti gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), beruang madu (Helarctos malayanus), tapir (Tapirus indicus), rusa sambar (Rusa unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), trenggiling (Manis javanica), landak (Hystrix brachyura), babi hutan (Sus scrofa) dan 15 spesies mamalia non-primata lainnya.
Burung Indonesia telah mengidentifikasi 40 Daerah Penting bagi Burung dan Keanekaragaman Hayati (DPB) di Wilayah Sumatera dan 7 DPB di wilayah Sumatera Selatan. Wilayah DPB tersebut adalah kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Sembilang, Tanjung Selokan, Tanjung Koyan, Dataran Banjir Ogan Komering, Gunung Dempo dan Meranti.
Kawasan Sembilang, merupakan habitat burung air dan termasuk salah satu tujuan dari jalur terbang burung migran. Hutan mangrove yang lebat, sungai-sungai yang berliku-liku dan dataran lumpur yang luas tempat persinggahan dan mencari makan bagi burung-burung migran maupun burung penetap. Kunjungan ke hutan mangrove dan pengamatan satwa dapat dilakukan dengan menyusuri sungai-sungai di TN Sembilang. Kawasan ini menjadi tempat berbiak Bangau bluwok (Mycteria cinerea), Bangau storm (Ciconia stormi), Bangau tongtong (Leptoptilos javanicus), Elang wallace (Spizaetus nanus), Mentok rimba (Cairina scutulata), Gajahan timur (Numenius madagascariensis), Trinil nordmann (Tringa guttifer), Trinil-lumpur Asia (Limnodromus semipalmatus) (Gambar 4.42), Merpati-hutan perak (Columba argentina), Punai besar (Treron capellei), dan Raja-udang kalung-biru (Alcedo euryzona).
Kawasan Meranti, khususnya Hutan Harapan, merupakan rumah bagi 307 jenis burung dengan 9 jenis burung terancam punah, 2 jenis endemik, 66 jenis dilindungi peraturan perundangan RI dan 29 jenis migran. Salah satu jenis genting adalah Bangau storm (Ciconia stormi) dan rangkong gading (Rhinoplax vigil) yang termasuk dalam apendiks I (CITES). Keanekaragaman jenis lainnya adalah 64 jenis mamalia, 71 jenis reptil dan 123 jenis ikan.
Jenis burung pemigran yang melintasi dan singgah ke Sumatera sangat tinggi termasuk salah satu tujuan adalah Taman Nasional Sembilang. Termasuk jenis-jenis burung pemangsa seperti elang-alap shikra (Accipiter badius), jenis burung pantai seperti gajahan besar (Numenius arquata), biru laut ekor hitam (Limosa limosa), trinil bedaran (Xenus cinereus), jenis burung teresterial seperti sikatan pantat kuning (Ficedula zanthopygia) serta banyak berbagai jenis burung lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan tercatat 114.000 burung migran singgah di Taman Nasional Sembilang.
Sumatera Selatan adalah region dengan biodiversitas ikan yang tinggi, paling tidak terdapat 233 spesies ikan terkelompok dalam 38 familia hanya dari Sungai Musi beserta anak-anak sungainya. Jenis ikan pada ekosistem rawa/rawa banjiran terdiri atau dua kelompok, yaitu kelompok ikan hitam (black fish) dan kelompok ikan putih (white fish). Contoh kelompok ikan hitam, yaitu betok (Anabas testudineus), gabus (Channa striata), sepat siam (Trichogaster pectoralis) dan tembakang (Helostoma temmenckii). Contoh kelompok ikan putih, yaitu lais (Cryptopterus spp.), baung (Mystus nemurus), patin (Pangasius spp.), jelawat (Leprobarbus hoeveni) dan lampam (Barbodes schwanefeldii). Ikan yang hidup di perairan rawa terutama dari kelompok ikan hitam pada umumnya mempunyai alat pernapasan tambahan sehingga dapat hidup di perairan yang oksigennya rendah dan asam.